Oleh : Erra Septy Vibriane, S.Si, M.E ( Statistisi Muda BPS Kota Kendari)
Bulan suci Ramadhan sudah di depan mata. Masyarakat pun tengah mempersiapkan sejumlah kebutuhan yang diperlukan guna mendukung pelaksanaan salah satu ibadah yang masuk dalam rukun Islam tersebut. Sejauh ini, Muhammadiyah telah menentukan 1 Ramadhan 1442 H atau bulan puasa 2021 jatuh pada Selasa Wage, 13 April 2021. Dalam konteks ekonomi, momen Bulan Ramadhan adalah “trigger” (pemicu) paling positif dalam mendorong aktivitas ekonomi secara umum. Bahkan momen ini punya andil yang sangat signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui konsumsi masyarakat yang meningkat.
Dalam studi yang dilakukan oleh Nielsen Global Survey pada tahun 2019, momen lebaran mampu mendongkrak permintaan terhadap barang konsumsi naik hingga 9.2%. Permintaan yang tinggi ini tidak hanya terjadi di pasar modern, namun juga terjadi di pasar-pasar tradisional. Dalam logika ekonomi, permintaan yang melonjak ini tentu saja akan mendorong kenaikan harga secara signifikan. Oleh karena itu tidak heran jika dalam sejarah ekonomi Indonesia, kenaikan inflasi belum pernah negatif ketika momen Ramadhan. Bahkan ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997-1998, yang diikuti dengan pendapatan nasional yang merosot, namun permintaan terhadap barang-barang konsumsi meningkat tajam.
Sejak sebelum memasuki Ramadhan, toko-toko penuh. Banyak orang seperti ingin berbelanja untuk satu bulan penuh. Pada saat itu, harga-harga juga merayap naik. Inilah yang kemudian disebut inflasi. Inflasi adalah istilah untuk fenomena naiknya harga barang di masyarakat. Titik tekannya bukan pada naiknya harga barang, melainkan pada fenomena atas proses meningkatnya harga-harga barang secara terus-menerus yang disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari konsumsi yang meningkat (permintaan lebih tinggi daripada penawaran), proses distribusi yang tidak lancar, atau melimpahnya uang beredar. Harga barang yang naik itu mengakibatkan turunnya nilai mata uang. Tingkat inflasi tahun kalender (Januari–Maret) 2021 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 0,44 % dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2021 terhadap Maret 2020) sebesar 1,37 %, dimana Perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan tapi tipis sekali. Jika Proses ini berlangsung terus-menerus dan saling mempengaruhi harga barang yang lain. Salah satu ancaman yang harus diantisipasi di saat momen Ramadhan adalah hadirnya para spekulan, khususnya spekulan yang berusaha memanfaatkan keadaan untuk memainkan harga bahan makanan. Hal ini dilakukan dengan penimbunan ketersediaan bahan pangan agar harga barang meningkat.
Selanjutnya, dengan jumlah dan nilai transaksi yang meningkat di momen Ramadhan maka akan berimplikasi pada permintaan atas jumlah yang beredar, yang dalam hal ini menjadi ranah Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas dalam sistem pembayaran. Terakhir, dengan meningkatnya permintaan masyarakat di momen Ramadhan maka geliat di pasar tradisional, pasar modern dan pasar informal akan semakin meningkat. Dalam hal ini akan muncul pemain-pemain baru musiman, yang ikut menikmati profit di momen Ramadhan dalam berbagai sektor, diantaranya: kuliner, kerajinan tangan dan fashion.
Dalam mengantisipasi tantangan dan ancaman tersebut maka kebijakan pemerintah harus lebih adaptif khususnya dalam mengantisipasi permintaan yang melonjak dan tingginya harga bahan pangan. Oleh karena itu, ada beberapa pos strategis yang harus dijaga, antara lain: tata niaga pangan, logistik (pengiriman barang), transportasi manusia dan sistem pembayaran. Isu yang mencuat dibulan lalu dengan adanya rencana impor beras, sehingga hal tersebut memicu beberapa hal yang akan menyebabkan terjadinya inflasi. Pada masa pandemik covid-19 Ada hal yang berbeda di dengan tahun-tahun sebelumnya dengan meningkatnya tren ekonomi digital yang terjadi di berbagai sektor, seperti: transportasi (semisal dengan hadirnya UBER, GRAB dan GOJEK), perdagangan (e-commerce), keuangan (financial technology) dan pelayanan sesuai permintaan (on-demand service). Disruptions atau inovasi dalam ekonomi digital ini tentu akan mempengaruhi shaping atau model preferensi masyarakat dalam berbelanja.
Oleh karena itu, jika pasar kaget tidak seramai seperti biasanya atau pasar modern tidak seramai seperti tahun-tahun sebelumnya maka dipastikan disebabkan karena “disruptions” tersebut. Inflasi sendiri terdiri dari tiga komponen, yakni inflasi inti (core inflation), inflasi volatile food, dan inflasi yang diatur pemerintah (administred price). Pada bulan Ramadhan, komponen inflasi yang mengalami kenaikan adalah volatile food atau kelompok bahan makanan. Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian para pelaku bisnis musiman untuk melihat potensi dan mengatur strategi marketing di era digital. Tentu saja, permintaan di momen Ramadhan akan terus meningkat, namun preferensi atau cara masyarakat berbelanja akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Sebagai contoh, para pemain bisnis musiman dapat menggunakan media sosial dan internet untuk memasarkan barang-barang dan jasa yang diinginkan konsumen.
Namun hal serius yang harus terus dipantau Pemerintah adalah ancaman kenaikan harga bahan pangan dan ketersediannya. Oleh karena itu pemerintah perlu melakukan pengecekan terhadap gudang-gudang para pengepul, dan melakukan operasi pasar terkait dengan hal ini. Di tahun ini, tentu saja upaya tersebut harus ditingkatkan dan dilakukan oleh pemerintah dengan enforcement (penegakan hukum) yang lebih keras. Hal yang sulit sekali terjadi di saat ini, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya adalah terkait harga biaya transportasi (pesawat dan kereta api) yang sudah memasuki era digital. Meski begitu, pengawasannya pun harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi dampak yang negatif dari para spekulan. Terakhir, momen Ramadhan seharusnya digunakan sebagai momen untuk melakukan aktivitas ekonomi islam dengan lebih professional. Dalam hal ini, melihat potensi masyarakat muslim yang sangat besar, diharapkan momen Ramadhan akan muncul bisnis-bisnis islam yang betul-betul konsekuen melaksanakan prinsip-prinsip islam.
Yang perlu diingat bahwa tren meningkatnya inflasi pada bulan Ramadhan bukan sebuah hal baru dalam perekonomian Indonesia. Fenomena ini telah terjadi dari tahun ke tahun dan juga memiliki dampak positif guna menumbuhkan perekonomian Indonesia. Masyarakat pun sudah paham bahwa ekspektasi masyarakat secara subjektif bernilai bahwa pada bulan Ramadan pasti terjadi peningkatan inflasi. Namun, bukan berarti pemerintah tidak perlu berbuat apa-apa. Pemerintah tetap perlu menjaga ketersediaan barang di pasar dan mengawasi pasar sebagaimana mestinya.