SULTRALINE.ID, KENDARI – Sebelum duduk sebagai wakil rakyat, pria Kelurahan Tobuuha, Kecamatan Mandonga Kota Kendari ini ternyata dulunya seorang pelayan di salah satu swalayan. Ia bernama Sahabuddin, kader partai Golkar yang akrab disapa Budi. Saat lulus dari bangku kuliah, dirinya memutuskan untuk menjadi seorang pramuniaga yang kesehariannya bertugas menawarkan barang atau tidak secara langsung, hingga melayani permintaan barang pada konsumen.
“Sejak saya lahir dan bersekolah hingga saat ini saya masih tinggal di Kelurahan Tobuuha, Kecamatan Mandonga,” ungkapnya saat bincang bincang bersama awak media ini.
Ia juga menceritakan saat masih menjadi pelayan di swalayan, bagaimana rasanya mengangkat air mineral berkardus kardus atau bagaimana menjaga kepercayaan pimpinan yang di amanah kan ke dirinya, ternyata semua itu dapat di laluinya dengan kunci suksesnya yakni ketulusan dalam bekerja sabar dan ikhlas, dan gampang bersyukur pada Allah SWT. Bahkan, ada moment weekend saat Sabtu dan Minggu, ia juga harus bekerja.
“Sehingga saya tidak memiliki waktu untuk bermain bersama keluarga,” tuturnya saat di jumpai media ini, yang ikut bincang bincang di warung nasi kuning temannya di Kota Kendari.
Lantas kapan dirinya terjun ke dunia politik?
Menjadi satu-satunya legislatif dari Partai Golkar di Daerah Pemilihan (Dapil) 2 Kota Kendari Kendari yakni Kecamatan Mandonga dan Puuwatu, yang berhasil menjadi wajah baru di DPRD Kota Kendari yang memiliki perbedaan banyak dari anggota DPRD lainnya.
Maju dari Dapil tersebut, Sahabuddin mengaku mengetahui hasil pleno rekapitulasi penghitungan suara di tingkat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kendari, dengan jumlah 1137 suara dari rekan-rekannya yang berjuang bersama-sama dirinya yakni Faisal, Untung, Rendi, dan Asmar. Mereka adalah sosok yang sangat bertanggung jawab dan sangat tinggi solidaritasnya dan masih banyak yang lainnya.
Selain itu, dia juga menjelaskan adapun kemenangannya dalam Pemilu 2019 lalu. merupakan suatu berkah untuk dirinya, tapi berkah itu milik rakyat baik yang memilih dirinya ataupun yang tidak memilihnya.
“Alhamdulillah, saya dapat terpilih di Pemilu 2019, sebenarnya sih saya tidak menyangka. Karena saya sendiri juga sadar diri dan hadap diri dengan kemampuan pertarungan yang saya hadapi sungguh sungguh tidak menyangka, ibarat kata hanya bermodal silahturahim dan relawan yang tangguh. Pada saat dikabari, saya sendiri awalnya masih ragu dan tidak menyangka hal itu,” kenangnya.
Diakuinya saat mendaftarkan diri ke partai tersebut, Sahabuddin sempat dilanda keraguan apakah secara pribadi dia mampu bersaing dengan caleg dari partai lainnya yang telah memiliki nama besar dan finansial yang banyak. Bahkan keraguannya tersebut, sempat membuat dirinya hampir gagal saat akan mendaftarkan nama calon dari partai ke KPU Kota Kendari.
“Saya ingat sekali waktu itu, baru isi formulir dari partai di last minute. Namun semua prosesnya bisa saya lalui, berkat kerja sama dari teman-teman internal partai golkar saat itu. Saya berterimakasih banyak kepada teman-teman tersebut,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, ia juga menceritakan pengalamannya saat memasuki masa kampanye. Berbeda dengan para Caleg yang notabene merupakan Incumbent, dan datang dari partai-partai besar. Di mana sebagai pekerja, ia tidak pernah sekalipun melakukan kampanye dengan mengundang masyarakat, maupun komunitas dengan membawa nama partainya.
“Saya ini kan pekerja, mana sempat waktu saya untuk seperti itu. Untuk modal kampanye saja, saya hanya mencetak 20 flyer dan cetak 10 kotak kartu nama. Itupun kartu nama akhirnya tidak terpakai semuanya,” ujarnya sambil tertawa ditempat duduknya.
Tidak hanya itu, pengalaman menggelitik lainnya adalah bahwa teman teman sekolahnya di bangku SMA diakuinya tidak mengetahui bahwa dirinya ikut dalam Pemilu 2019 lalu. Adapun warga yang mengetahui hal itu, hanyalah keluarga, Ketua RT dan sebagian karyawan swalayan tempat dia bekerja.
Di mana niatnya untuk terjun dan bergabung dengan partai golkar, juga didorong oleh Ketua DPD Partai Golkar saat itu yakni Almarhum Hikman Ballagi. Sahabuddin bahkan mengakui bahwa dari tahap awal mendaftar ke partai nya, tidak pernah diminta uang mahar atau apapun.
Sahabuddin juga mengaku bahwa hal ini didasari oleh alasan yang sederhana. Pria yang bertempat tinggal di poros jalan R. Suprapto ini mengaku ingin menunaikan pesan ibunya yang mengatakan kepadanya jangan jadi pejabat tapi jadilah pelayan rakyat yang ikhlas dan jujur sebagai salah satu anggota DPRD Kota Kendari saat ini.
Sahabuddin sendiri mengaku memiliki cita-cita untuk melihat sistem pemerintahan yang benar benar menyayangi warga Kota Kendari, tidak adalagi orang yang harus kehilangan harapan.
“Para pemulung tidak lagi di razia, saudara saudara saya yang tunanetra sudah memiliki hak yang setara dengan orang orang yang awas (normal,red), tidak ada lagi ibu ibu yang kesulitan ekonomi, sesuai arahan dari partai, bahwa selaku kader partai golkar saya diminta untuk menunjukkan bahwa anggota DPRD bukan hanya akan berjanji bekerja namun tanpa realisasi,” tegas Alumni FISIP UHO ini.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Kota Kendari ini menambahkan, dulu selama menjadi pelayan, ia selalu berada didalam dekat pintu masuk swalayan, shingga sikap siaga melayani selalu sigap. Sementara saat dirinya duduk sebagai anggota Dewan, ia berada di ruangan ber AC dan nyaman.
“Alangkah berdosanya saya pada warga jika saya tidak mencurahkan seluruh pikiran dan sumber daya yang saya miliki untuk warga,” pungkasnya sembari memperlihatkan wajah-wajah relawannya yang ada di handphonenya. (ADV)
TIM