Oleh: Jasman
HMI merupakan manifestasi dari kepedulian Pencipta terhadap hamba-Nya Khususnya kader HMI yang saat ini berkecimpung didalamnya. HMI tidak hampa sejarah, sejak tahun 1366 Hijriah/1947 Masehi telah mengalami sosio-intelektualis yang terjadi pada setiap kader HMI. Dalam konteks ini keterlibatan HMI dalam kehidupan bernegara nampak jelas dan kompleksitas.
HMI memiliki karakter universal berkaitan dengan pembangunan struktur sosial-kemahasiswaan serta relasi kemahasiswaan/kader dengan berbagai stakeholder. Yang menjadi prinsip adalah bagaimana mewujudkan tujuan HMI kedalam realitas kehidupan bermahasiswa dan bermasyarakat. Meski dalam perwujudan itu selalu diperhadapkan dengan dinamika kehidupan berlembaga yang terus berubah. Dan, melalui HMI lah interpretasi nilai juang dan pengorbanan mahasiswa/kader dalam menemukan jati diri sebelum tereduksi oleh tantangan zaman.
HMI merupakan entitas dinamis dan bagian dari bentuk kritik terhadap cara bernegara, bersosial, bermasyarakat, berpolitik, berpendidikan dan mampu menjawab akar persoalan yang disebabkan oleh patologi sosial dan ketimpangan yang ditimbulkan oleh system dalam menjalankan roda pemerintahan. Untuk memperbaiki kebuntuan dan ketimpangan tersebut maka diperlukan peran kritis dan konstruksi bagaimana cara berlembaga agar terdapat inisiatif dalam mendorong etos mahasiswa/masyarakat sebagai khalifah didunia sehingga terbentuk kerangka berpikir terhadap struktur dan aksi (action) yang mengarah pada peradaban yang di Ridhoi oleh Allah SWT.
Autentisitas HMI
Autentisitas yang terjadi selama ini di tubuh HMI seakan memberikan keraguan bagi saya (kader HMI Cabang Kendari). Kenyataan yang terlukis jelas didepan mata senantiasa terdapat pergesekan antar dimensi historitas dan dimensi realitas masa kini. Konsep-konsep ber-HMI hanya dijadikan sebagai legitimasi dalam berargumentasi demi eksistensi. Intervensi dari kedua dimensi tersebut digunakan oleh kepentingan-kepentingan yang harusnya tidak perlu berlaku dalam pemikiran sang intelektualitas.
Sesuatu yang sama bahwa pemikiran dan gagasan semakin tergerus oleh tantangan revolusi industry 5.0 yang muncul dengan bentuk apapun. HMI tidak seperti dahulu lagi atau HMI semakin menurun terkait formulasi konsep dalam mewujudkan aksi/tindakan (action). Setelah era reformasi sampai saat ini perlu me-revitalisasi dan me-rekonstruksi niat dan tujuan sebagai landasan awal memasuki tubuh HMI. Menurut hemat saya bahwa, Pembaharuan akan dihasilkan sejak kader menjadikan HMI sebagai ruang dalam menyerap semua fasilitas pemikiran untuk mewujudkan gagasan-gagasan sesuai kondisi dan tantangan zaman.
Pada dasarnya manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai polemik, baik itu berlangsung sejak lama atau polemik baru yang memperuncing polemik tersebut. Berkaitan dengan HMI hal ini sudah menjadi pengetahuan umum, tetapi memiliki semangat saja tidak menjamin terwujudnya originalitas dari seorang kader HMI. Mengingat kondisi sosial yang dekat dan kental dengan kontestasi politik cenderung membatasi pemahamannya dan membebaskan diri dari tradisi yang ada dalam tubuh HMI. Maka dalam konteks relasi biasa terjadi dualistis yang saling menyalahkan, menjatuhkan, dan tidak mengakui kebenaran yang ada diantaranya.
Rekonstruksi Kualitas Kader
Bagaimana rekonstruksi kualitas kader HMI,? secara kemahasiswaan harus memiliki orientasi keberpihakan pada diri sebagai pribadi dan pada HMI itu sendiri. Dalam hal ini, menghidupkan kembali tradisi intelektual seperti, literasi (menulis, membaca, diskusi)dan tradisi solidaritas sosial yaitu kader dalam mewujudkan dan menjunjung martabat kehidupan bermahasiswa dan bermasyarakat (silaturahmi). Kader HMI harus menjadikan dirinya sebagai pusat moralitas dan diwujudkan dalam ruang-ruang kehidupan dengan bentuk penciptaan konsep, struktur, dan pranata sosial mahasiswa dan bermasyarakat.
Hal ini, dengan sendirinya dapat mengklarifikasi rekonstruksi kualitas kader HMI. Jika jalan pemikiran diatas kita sepakati bersama, maka HMI akan bersifat dialogis, adaptif, dan kritis tanpa terjebak pada sekat-sekat formalitas yang bersifat statis dan rigiditas.
Pada sisi lain, HMI sudah masuk dalam ruang-ruang kultural, secara dialogis dan kritis dapat memberi kontribusi bagi pemecahan persoalan kehidupan bernegara, bermasyarakat dan bermahasiswa.
Yang menjadi point dari tulisan saya ini bahwa kita sebagai kader HMI harus kembali pada asas yang ada dalam konstitusi, dengan harapan diterapkan secara menyeluruh sehingga HMI tampil dengan wajah yang lebih segar, dinamis, serta mampu memenuhi kebutuhan mahasiswa/masyarakat.
*) Penulis Merupakan Pengurus HMI MPO Cabang Kendari