Oleh : Asrul Ashar Alimuddin Merupakan Statistisi BPS Kota Kendari
Pembatasan aktivitas masyarakat berpengaruh pada aktivitas bisnis yang kemudian berimbas pada perekonomian, dampak dari pandemi ini berpengaruh terhadap beberapa sektor kehidupan, seperti sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya dan hal ini memberikan pandangan baru pula bahwa satu sektor tidak dapat berdiri sendiri dan mereka memiliki pengaruh yang kuat antar sektornya. Bisa dikatakan bahwa masalah sosial yang terjadi saat ini memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan produktivitas dari masyarakat khususnya pekerja atau karyawan bidang transportasi yang berimplikasi kepada sektor perhubungan udara. Sektor perhubungan udara merupakan salah satu sektor yang terpukul dengan adanya penyebaran pandemi ini. Telah terjadi pengurangan penumpang sebesar 51 persen dari kursi yang disediakan di berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) menyebut bahwa tahun 2020 merupakan rekor terburuk bagi melalui publikasi tahunan World Air Transport Statistics, mereka mengatakan bahwa 1,8 juta penumpang terbang pada 2020. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 60 persen jika dibandingkan dengan 4,5 miliar orang yang terbang pada 2019. Terkait permintaan perjalanan udara di seluruh dunia, diukur dalam revenue passenger-kilometers (RPK), hal tersebut mengalami penurunan sebesar 66 persen year-on-year (yoy). Total pendapatan penumpang dalam industri penerbangan juga turun 69 persen menjadi 189 miliar dollar AS pada 2020 dan kerugian bersihnya adalah 126 miliar dolar AS. IATA menambahkan, konektivitas udara menurun lebih dari setengahnya pada 2020 dengan jumlah rute yang menghubungkan bandara turun drastis pada awal krisis dan turun lebih dari 60 persen yoy pada April 2020. Dengan data tercatat, penurunan penumpang udara yang diangkut pada 2020 merupakan yang terbesar sejak RPK global mulai dilacak pada 1950-an. meski begitu, perlu ada berbagai tindakan cepat yang dilakukan maskapai dan komitmen dari penerbangan yang melihat industri penerbangan melalui tahun tersulit dalam sejarahnya.
Turunnya jumlah penumpang memiliki efek yang sangat besar terhadap perekonomian dunia, karena sektor perhubungan udara adalah salah satu sektor penopang yang cukup besar terhadap tumbuhnya perekonomian di dunia. Salah satu dampak dari covid-19 adalah menurunnya penumpang pesawat udara, seperti terlihat dari sepinya bandar udara. Hal itu disebabkan karena pembatasan penumpang dan kebijakan pemerintah terhadap persyaratan penumpang yang begitu ketat. Salah satu syarat penumpang pesawat udara adalah telah di tes antigen atau tes virus covid-19 dengan PCR. Sementara itu, China menjadi pasar domestik terbesar pada 2020 untuk pertama kalinya dalam catatan. Sebab, perjalanan udara pulih lebih cepat menyusul upaya pengendalian Covid-19 di sana yang sukses.
Setelah berjalan lebih dari dua tahun covid 19 ini, kondisi Sebagian besar negara sudah dapat mengendalikan pandemik tersebut. Beberapa aktivitas perekonomian sudah mulai Kembali kejalur pertumbuhan walaupun masih belum seberapa seperti pada waktu sebelum covid 19 melanda. Sejak pemerintah mengumumkan lebaran tahun 2022 masyarakat diperbolehkan mudik lebaran dengan aturan penerbangan yang menerapkan syarat vaksinasi, jadi masyarakat antusias untuk melaksanakan mudik lebaran dengan menggunakan transportasi udara. Pergerakan pesawat dan penumpang pada libur panjang Idul Fitri 2022/1443 H mencapai rekor tertinggi sejak pandemi Virus SarsCov-2 yang terjadi dua tahun terakhir. Pergerakan penumpang angkutan udara pada masa mudik Lebaran Idul Fitri 2022 mencapai angka tertinggi selama masa pandemik, angka tersebut juga hampir mendekati masa sebelum pandemi. Tercatat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penumpang angkutan udara domestik pada kuartal I/2022 mencapai 10,71 juta penumpang atau naik 55,56 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).
Sementara itu, jumlah penumpang angkutan udara internasional pada periode yang sama tercatat mencapai 0,37 juta penumpang atau tumbuh hingga 200,24 persen (yoy). pada masa mudik sebanyak 2,9 juta pergerakan penumpang atau 82 persen dari jumlah pemudik 2019 sebelum pandemik pandemi Covid-19 sangat berdampak pada industri penerbangan di Indonesia. Sebagai perbandingan, sebelum pandemi pada 2019, jumlah penumpang pesawat sudah mencapai 117 juta orang per tahun. Selanjutnya pada 2020 jumlah penumpang pesawat menurun menjadi 43 juta orang per tahun dan pada 2021 kembali menurun menjadi 35 juta orang per tahun. Pada 2022, diprediksi akan kembali meningkat menjadi 78 juta orang per tahun. Dari 50 bandara yang terpantau pada periode libur lebaran tahun 2022 ini, jumlah penumpang terbanyak terjadi di Bandar Udara Soekarno Hatta (CGK), Denpasar (DPS), Makassar (UPG) dan Balikpapan (BPN), demikian juga pada 10 bandara yang dipantau, jumlah penumpang tertinggi terjadi di Bandar Udara Soekarno Hatta. Khusus di Bandara Soekarno Hatta, jumlah pergerakan penumpang liburan Idul Fitri tercatat mencapai 1,36 juta orang dengan pergerakan pesawat mencapai 10.989 penerbangan. Transportasi udara. merupakan alat angkutan mutakhir dan tercepat. Transportasi ini menggunakan pesawat udara sebagai alat angkutan sedangkan udara atau angkasa sebagai jalur atau jalannya. Alat transportasi udara dapat menjangkau tempat-tempat yang tidak dapat ditempuh dengan alat transportasi darat atau alat transportasi laut, di samping mampu bergerak lebih cepat dan mempunyai lintasan yang lurus, serta praktis bebas hambatan.
Posisi saat ini menggambarkan bahwa kapasitas transportasi yang ada mampu menampung 10,40 juta wisman. Untuk mendongkrak kunjungan wisman menjadi 20 juta pada tahun 2022 harus mempertimbangkan aspek daya dukung transportasi menuju destinasi pariwisata. Aspek tersebut meliputi kapasitas transportasi antar pulau menuju destinasi pariwisata dan kapasitas transportasi lokal pada destinasi pariwisata. Selain kapasitas / daya tampung, aspek yang perlu diperhatikan adalah kelayakan / kualitas transportasi.
Kualitas transportasi dapat dikontrol oleh pemerintah melalui lisensi kelayakan komponen transportasi. Lisensi tersebut harus benar – benar dimonitor dengan baik oleh semua stakeholder karena berkaitan dengan keselamatan dan kenyamanan dalam menggunakan moda transportasi. Sarana dan prasarana seperti jalan raya, pelabuhan, dan bandara menuju destinasi wisata perlu dikembangkan baik dari kapasitas maupun dari kualitas. Pengembangan infrastruktur prasarana transportasi akan memperlancar pergerakan manusia sehingga mempengaruhi kepuasan perjalanan wisata.