SULTRALINE.ID, KENDARI – Angkutan ramah lingkungan roda tiga becak masih menjadi alat pengangkutan alternatif di sejumlah pasar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Kehidupan tukang becak umumnya cukup memprihatinkan. Di Kota Kendari, misalnya becak mulai tergusur dan tersaingi oleh kendaraan umum lainnya. Becak yang keberadaannya semakin tergusur kendaraan bermotor yang berfungsi sebagai jasa angkutan.
Kondisi tersebut menyebabkan para tukang becak semakin sulit menghidupi keluarga mereka. Lebih mirisnya, warga kendari lebih memilih menggunakan angkutan ojek pangkalan atau ojek online yang lebih efektif dan praktis.

Salah seorang Tukang Becak, La Asis ( 58 tahun) warga Kelurahan Alolama saat di jumpai awak media sultraline, menjelaskan bahwa di lokasi tempat mangkal yang terletak di Jalan Lasandara tepatnya pintu masuk timur pasar basah Mal Mandonga Kendari sangat sepi yang memakai jasanya.
Menurutnya untuk memperoleh penghasilan bagi kehidupan keluarganya, ia harus menarik becak lebih pagi hingga sore, bila keadaan berpihak, La Asis dapat mengangkut penumpang hingga 20 orang perharinya artinya jika di konversi ke ongkos tarif becak lima ribu sekali antar. Setidaknya La Asis mendapatkan seratus ribu perharinya. Menurutnya dengan penghasilan itulah menjadi rejeki dia perharinya.
“Kita harus syukuri, yang penting bisa menghidupi keluarga,” ujar La Asis, Senin (23/05/2022).

Namun, La Asis mengaku bahwa penghasilan yang didapat itu sangat minim. Padahal, kebutuhan hidup semakin besar, termasuk biaya sekolah anaknya.
Sementara, becak yang dikayuh bukan milik pribadi dan harus menyetorkan uang sewa kepada pemilik becak sebesar Rp 5000 setiap harinya. Selain itu, Ia mengaku harus menanggung sendiri bila becaknya mengalami rusak.
Reporter : Pingko