SULTRALINE.ID, MUNA – Langkah sigap pihak Kepolisian Resort (Polres) Muna menangani bentrok antara dua kubu pendukung Paslon bupati di Jalan Basuki Rahmat, Kelurahan Laende, Kecamatan Katobu, Kabupaten Muna, pada Jum’at malam, 23 Oktober 2020 lalu, patut diapresiasi.
Polisi tidak lebih dari 1×24 jam berhasil mengamankan dua orang dalam pertikaian tersebut. Dua orang yang diamankan itu adalah loyalis dari salah satu Paslon bupati dari pasangan Rajiun-La Pili (RaPi).
Hal itu pun mengundang reaksi dari juru bicara pasangan RaPi, Wahidin Kusuma Putra. Ia memang mengapresiasi langkah sigap pihak kepolisian tersebut. Hanya saja, dibalik kesigapan itu, polisi juga seakan mempertontonkan nuansa ketidak adilan dalam penegakan supremasi hukum di Bumi Sowite.
Wahidin berharap semoga saja pihak Polres Muna tidak bekerja dibawah tekanan manapun dimomentum Pilkada ini. Pasalnya, polisi terkesan hanya begerak cepat memproses laporan dari pihak Rusman-Bahrun. Sementara, sejumlah Laporan Polisi dari pihak RaPi lamban ditangani.
“Penangkapan terhadap 2 kawan kami pendukung RaPi dalam waktu tak sampai 24 jam ini tentu memunculkan kecurigaan dari pihak kami. Kami khawatir, Polres Muna mulai ditekan oleh Parpol tertentu yang sedang berkuasa di negeri ini. Sebab cara kerja Polres Muna mulai mengindikasikan adanya ketidakadilan dalam penanganan kasus. Dimana, laporan dari pihak RaPi diabaikan dan justru laporan dari Pihak REBah ditangani dengan cepat,” ujuar Wahidin, melalui keterangan tertulis, Minggu, 25 Oktober 2020.
Wahidin kemudian memgonfirmasi terkait pertikaian yang terjadi di Jalan Basuki Rahmat yang berujung pada pengrusakan posko Rusman-Bahrun. Ia berujar, hal itu adalah reaksi spontanitas atas hilangnya kesabaran pendukung RaPi yang selama ini terus dipancing untuk ribut sehingga tidak bisa lagi menahan diri.
“Kejadian tersebut berawal dari tindakan profokasi dari para pendukung Paslon REBah yang memicu reaksi dari pihak pendukung RaPi. Jika tak dipancing, tidak mungkin ada reaksi dari pendukung RaPi. Dan tindakan profokasi ini sudah berkali-kali mereka lakukan. Kami bahkan sudah melaporkan mereka di Polres tapi belum ada penanganan yang maksimal dari pihak kepolisian. Bisa dicek, laporan kami di Polres mengenai tindakan profokasi itu sudah menggunung di Polres. Itu membuktikan bahwa pihak kami sudah lama menahan diri,” jelasnya.
Wahidin memaparkan, sejumlah Laporan Polisi terkait beberapa pesoalan yang pihaknya alami diantaranya yaitu pemukulan terhadap relawan di Posko Social Milenial RaPi yang pelakunya bahkan masih bebas berkeliaran, pengrusakan Posko di Kelurahan Palangga, pendukung RaPi dibuang ke laut oleh rombongan Rusman Emba di Maleura, dan pembakaran Posko di jalan Bunga Kamboja.
Meskipun indikasi adanya tekanan terhadap kepolisian oleh Parpol tertentu mulai terlihat, lanjut Wahidin, pihaknya tetap tak berhenti berharap agar Kapolres Muna serta seluruh jajarannya bekerja profesional dan netral dalam Pilkada Muna.
“Ini demi kebaikan daerah Muna yang kita cintai bersama. Kepolisian harus tetap netral dan profesional demi keamanan dan ketertiban masyarakat, khususnya dalam momentum Pilkada ini,” harapnya.
“Kami juga menghimbau agar seluruh simpatisan dan pendukung RaPi tidak berkecil hati. Tetap tunjukan sikap kesiap siagaan untuk mengantisipasi tindakan dari berbagai pihak yang merugikan Paslon RaPi. Jangan takut jika merasa benar, demi lahirnya pemimpin berkualitas yang akan membawa perubahan dan kebangkitan Muna kedepan, kita harus siap menghadapi tirani kekuasaan yang ingin memanfaatkan Kepolisian,” pungkasnya.
Laporan : DD